PADA tahun 2005, Bandung, mendapat predikat sebagai Kota Terkotor setelah TPA (tempat penampungan akhir) di Leuwigajah kepenuhan. Namun setelah ditangani dengan baik akhirnya Bandung kembali bersih dan terlihat indah (di pusat kota). Di sisi lain banjir setiap musim penghujan melulu terjadi di Jakarta.Dan sebagai jajaka Bogor saya sebal dengan selentingan yang mengatakan kalau banjir itu kiriman dari Bogor (Kali Ciliwung).
Padahal penyebabnya tahu sendiri datang dari siapa. Kita, manusia yang terbiasa buang sampah di sungai. Sementara kalangan masyarakat yang bermukim di pinggiran sungai tidak mendapat fasilitas yang baik. Hmm, capa suruh datang ke Jakarta? Kata teman. Tapi jangan begitu, kata saya. Ketidakmerataan membuat wong cilik mengadu nasib di ibu kota, membuat pemerintah kelimpungan mengatur ketimpangan ini di antara sekian permasalahan di negara kita yang menumpuk.
Lalu mau membahas apa sekarang? saya ingin mengajak kawan untuk lebih memerhatikan pentingnya mengelola sampah.
Saya dan kawan-kawan ikut serta membudidayakan pentingnya mengelola sampah pada masyarakat. Kami membuat tempat sampah untuk organik dan anorganik. Kami mengampanyekan membuat sampah menjadi pupuk, lengkap dengan campuran tahi kambing yang harus saya kumel-kumel tentu dengan sarung tangan plastik. Yaik.
Dan tentu saja memanfaatkan sampah kertas menjadi sebuah kerajinan unik, yang juga kami kampanyekan di sekolah-sekolah. Betapa mulia, meski saya mengalami permasalahan adaptasi yang cukup parah di sana. Tapi di luar itu, saya ingin memberikan tips-tips pada kawan untuk mengelola sampah dengan baik. Kita simak, yuk! Yiuuuuk…
1. Buatlah dua tempat sampah yang berbeda di rumah, atau paling tidak kantung plastik. Yang satu untuk sampah organik (sayur-sayuran, daun-daunan, sisa masakan, dsj) dan mana yang anorganik (sampah plastik). Asal tahu saja, sampah plastik ini memiliki waktu ratusan tahun untuk menjadi tanak. Bercampurnya dua sampah ini dalam satu TPA yang sama akan mengakibatkan sukarnya proses daur ulang. Bukan tak mungkin menjadi semacam ledakan karena reaksi kimia di dalamnya. lihat contoh kasusnya di sini : Duar! TPA Airmadidi Meledak - Tribun News
2. Bawa kantung belanjaan sendiri. Tapi saya pesimis orang-orang akan melakukannya. Di negeri ini, membuang sampah adalah budaya. Untung itu terjadi di kalangan tertentu, di terminal, di areal hilir mudik kendaraan. Wah, yang pecinta kebersihan bisa langsung muntah saking kesalnya. Kembali ke plastik, pengurangan penggunaan plastik akan mengurangi sampah-sampah anorganik yang pastinya tidak menguntungkan untuk bumi kita.
3. Selain membuang sampah pada tempatnya, jangan pernah membuang sampah ke sungai atau membakarnya. Pembakaran sampah akan merusak lapisan ozon dan pembuangan sampah ke sungai tentu saja akan menyebabkan banjir dan merusak ekosistem sungai. Kita juga tak boleh mengubur sampah karena racun yang ditimbulkan sampah akan mencemarkan tanah dan membuat air dan akar pepohonan rusak.
4. Cobalah mendaur ulang sampah sendiri. Jadikan sampah organik sebagai kompos dan anorganik menjadi barang daur ulang yang menarik.
5. Gunakan kembali wadah kemasan sebuah produk. Misalnya produk sabun atau deterjen. Jadi mengurangi lahirnya sampah plastik, kan? Meski cara ini tak akan berhasil untuk saya yang biasa membeli produk secara ketengan (di warung-warung).
Apapun, semua ini bisa dengan mudah kita lakukan selama ada kegigihan. Jadi tunggu apa lagi untuk menjaga bumi kita? Selamatkan bumi, selamatkan diri!
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda disini....